oleh

Ucapkan Assalamu Alaikum ke Tetangga, Wanita Ini Diciduk Polisi Prancis

HERALDMUSLIM.ID, PARIS — Pelecehan terhadap Muslim meningkat di beberapa negara barat seiring dengan ketegangan atas konflik Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas.

Di Amerika Serikat (AS), Muslim yang mendukung Palestina ditangkap. Sementara itu, Muslim yang mengucapkan Assalamu’alaikum dilaporkan ke polisi di Paris, Prancis.

Melansir Republika yang menyitat Middle East Monitor, Senin, 16 Oktober 2023, seorang Muslimah Prancis ditangkap polisi di ibu kota Paris pada Minggu, 16 Oktober 2023 setelah tetangganya melaporkannya karena menggunakan salam Islam ‘Assalamu’alaikum’ dengan pekerja di gedung tempat tinggal mereka.

Menurut laporan yang beredar di media sosial, wanita yang tidak disebutkan namanya itu dibawa ke tahanan polisi setelah tetangganya melapor ketika mendengar dia mengatakan ‘Assalamu’alaikum’ kepada beberapa pekerja. Dia dilaporkan ditahan sementara sebelum kemudian dibebaskan.

Petugas polisi membenarkan tindakan mereka dengan menyatakan, mereka tidak dapat mengambil risiko apa pun terkait situasi yang belakangan terjadi.

Petugas polisi membenarkan tindakan mereka dengan menyatakan, bahwa mereka tidak dapat mengambil risiko apa pun terkait situasi yang belakangan terjadi. Iklim saat ini yang dikutip petugas mengacu pada pengeboman brutal Israel di Jalur Gaza dan eksodus paksa lebih dari dua juta orang Palestina yang tinggal di sana, menyusul operasi oleh kelompok perlawanan Hamas ke wilayah yang dikuasai Israel akhir pekan lalu.

Sejak bentrokan baru dimulai, Israel telah memberlakukan pengepungan total di Gaza dengan memotong semua aliran listrik, air, makanan, bahan bakar, dan pasokan bantuan ke jalur tersebut. Zionis telah mengintensifkan aksi pengebomannya untuk mendorong warga Palestina pergi lebih jauh ke selatan ke perbatasan Mesir, yang tetap tertutup. Apa yang dilakukan Israel merupakan upaya membersihkan semua penduduk Gaza lewat kampanye pembersihan etnis dan genosida.

Di Eropa dan dunia Barat yang lebih luas, situasi di Palestina kemudian menyebabkan peningkatan ketegangan yang parah antara individu dan masyarakat pro-Palestina atau pro-Israel dan pendudukannya. Akibatnya, diperkirakan akan ada peningkatan serangan atau pelecehan Islamofobia, seperti insiden yang dilaporkan ini.

Laporan penangkapan wanita itu dikonfirmasi oleh jurnalis Prancis Widad Ketfi, dan pengacara korban Nabil Boudi mengatakan di X bahwa “kliennya pada gilirannya ingin mengajukan pengaduan untuk pengaduan fitnah”, yang harus ditangani oleh firmanya setelah pihak berwenang “awalnya menolak untuk menerima pengaduannya sebelumnya.”

Sementara itu, Prancis akan mengerahkan hingga 7.000 tentara untuk meningkatkan keamanan di seluruh negeri. Tindakan tersebut dilakukan setelah seorang guru ditikam hingga meninggal dan tiga orang lainnya terluka dalam serangan di sekolah Gambetta-Carnot di kota utara Arras.

Pemerintah Prancis meningkatkan kewaspadaan ancaman nasional. Presiden Emmanuel Macron memerintahkan hingga 7.000 tentara dikerahkan pada Senin, 16 OKtober 2023 malam, hingga pemberitahuan lebih lanjut. Menurut kantor kepresidenan Prancis, pengerahan ribuan pasukan ini untuk meningkatkan keamanan dan kewaspadaan di sekitar Prancis. Level ancaman serangan darurat memungkinkan pemerintah untuk sementara waktu memobilisasi militer dalam melindungi tempat-tempat umum dan tindakan lainnya.

Otoritas kontraterorisme sedang menyelidiki penikaman tersebut. Jaksa menyatakan, tersangka penyerang serta beberapa orang lainnya telah ditahan. Jaksa pun sedang mempertimbangkan dakwaan pembunuhan terkait terorisme dan percobaan pembunuhan terhadap tersangka. Tersangka baru-baru ini berada di bawah pengawasan badan intelijen karena radikalisasi.

Dokumen pengadilan yang dilihat oleh Associated Press menunjukkan, dia berasal dari wilayah Ingushetia di Pegunungan Kaukasus Rusia, yang bertetangga dengan Chechnya. Pihak berwenang awalnya mengidentifikasi dia sebagai orang Chechnya. Motif sebenarnya penyerang masih belum jelas, dan dia dilaporkan menolak berbicara dengan penyelidik.

Polisi juga berjaga ketika orang dewasa dan anak-anak tiba di sekolah tempat kejadian pada Sabtu, 14 Oktober 2023 pagi. Kelas-kelas dibatalkan, tetapi sekolah dibuka kembali bagi mereka yang ingin berkumpul atau mencari dukungan.

Macron mengumumkan, sekolah akan dibuka kembali pada Sabtu. Dia mendesak rakyat Prancis untuk tetap bersatu. “Pilihan telah dibuat untuk tidak menyerah pada teror. Kita tidak boleh membiarkan apa pun memecah belah kita, dan kita harus ingat bahwa sekolah dan transmisi pengetahuan adalah inti dari perjuangan melawan ketidaktahuan,” ujar dia.

Seorang ibu mengatakan, dia datang bersama putrinya yang berusia 17 tahun untuk menunjukkan perlawanan terhadap ekstremisme. Dukungan itu ditujukan untuk mengatasi rasa takut kembali ke tempat sekolah usai penikaman tersebut.

Seorang ibu lainnya datang untuk meminta bimbingan dari konselor tentang cara membantu kedua putranya yang menyaksikan penyerangan di halaman sekolah mereka. “Sebagai orang dewasa, kami kesulitan untuk mengambil langkah mundur, tapi bagi mereka, mereka adalah anak-anak,” kata Emily Noge yang tiba di sekolah bersama putra dan rekannya.

Noge menyatakan, anaknya mengira peristiwa penikaman yang terjadi hanya sebuah latihan. Namun itu peristiwa nyata yang sangat dramatis dan itu sangat sulit diterima oleh anak-anak.”Selalu ada momen yang sama yang terulang: halaman sekolah, kursi untuk melindungi diri, penikaman, dan alasannya. ‘Kenapa kita? Kenapa Arras? Mengapa para guru? Mereka adalah guru yang baik. Mereka ada di sana untuk melindungi kami,” kata Noge.

Bagi banyak orang di Prancis, serangan tersebut mengingatkan dengan pembunuhan guru lainnya, Samuel Paty, hampir tepat tiga tahun lalu di dekat sekolah tempat kejadian di wilayah Paris. Dia dibunuh oleh seorang radikal keturunan Chechnya yang kemudian berhasil dibunuh oleh polisi.

Badan intelijen Prancis menyatakan, tersangka dalam serangan minggu ini telah diawasi sejak musim panas karena dicurigai melakukan radikalisasi Islam. Dia ditahan untuk diinterogasi berdasarkan pemantauan panggilan teleponnya dalam beberapa hari terakhir. Namun, menurut Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, penyelidik tidak menemukan tanda-tanda bahwa dia sedang mempersiapkan serangan.

Darmanin mengatakan, intelijen Prancis menunjukkan adanya hubungan antara perang di Timur Tengah dan keputusan tersangka untuk menyerang. Dia menyatakan, pihak berwenang telah menahan 12 orang di dekat sekolah atau tempat ibadah sejak serangan Hamas terhadap Israel, beberapa di antaranya bersenjata dan bersiap untuk mengambil tindakan. Prancis pun telah meningkatkan keamanan di ratusan situs Yahudi di seluruh negeri pada pekan ini.

Sebelumnya, polisi Prancis menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan unjuk rasa mendukung rakyat Palestina di Paris pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Meskipun ada larangan, ratusan demonstran pro-Palestina berkumpul di pusat kota Paris dalam kelompok terpisah yang diupayakan oleh pasukan polisi agar tidak bergabung. Para pengunjuk rasa meneriakkan “Pembunuh Israel” dan “kaki tangan Macron.”

Macron sebelumnya mengutuk serangan mematikan yang dilakukan kelompok Hamas dan menyuarakan solidaritasnya dengan Israel. “Kita hidup di negara hukum perdata, negara di mana kita punya hak untuk mengambil sikap dan berdemonstrasi. (Tidak adil) melarang satu pihak dan mengizinkan pihak lain,” kata Charlotte Vautier yang merupakan karyawan di sebuah organisasi nirlaba yang ikut serta dalam demonstrasi.

Awal pekan ini, Hamas menyerukan protes di seluruh dunia untuk mendukung warga Palestina pada Jumat, 13 Oktober 2023. Namun dua demonstrasi pro-Palestina di Paris telah dilarang pada Kamis. Sejak serangan lintas batas Hamas dari Gaza pada 7 Oktober 2023, polisi Prancis telah menangkap lebih dari 20 orang dalam tuduhan tindakan antisemit.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin sebelumnya melarang protes pro-Palestina. Dia mengatakan bahwa protes tersebut kemungkinan akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban umum.Prancis adalah rumah bagi komunitas Muslim dan Yahudi terbesar di Eropa. Konflik Timur Tengah seringkali memicu ketegangan dalam negeri di masa lalu.

“Peristiwa ini merupakan gempa bumi bagi Israel, Timur Tengah, dan sekitarnya. Janganlah kita mengejar petualangan ideologis di dalam negeri dengan meniru atau memproyeksikan,” kata Macron dalam pidatonya di TV. (rp/asw)

Komentar